Episode 1
“Night Flower”
Masih pagi, awan masih banyak yang mengumpul menutupi
matahari laksana selir dan rajanya sehingga panasnya tidak begitu terik.
Aku duduk di taman singgle mengamati beberapa aktifitas di
sekelilingku yang terlihat asik, ada beberapa orang sedang
joging, ada yang sedang berkumul dengan komunitas unikny, dan beberapa
lagi sedang menikmati kebersamaan dengan keluarganya dan sebagian besarnya lagi
sedang mencari jodoh , ya silahkan saja karena negara ini bebas.. hupt
Aku sendiri sedang bersanding dengan si abang tukang bubur
kacang yang selalu setia berjualan di taman ini, kami duduk di bangku kayu
panjang khas kaki lima di pinggir jalan bedanya adalah si Abang lagi nunggu
pelanggan sedangkan aku ? entahlah apa yang aku tunggu..
Tak lama berselang aku melihat seorang bocah perempuan kecil, pakainya compang camping rupanya sedang mengemis di pinggir jalan dan bermaksud untuk menyebrang jalan menuju taman ini.
Aku perhatikan tapi tiba tiba sebuah mobil sedan hitam
dengan tidak sabaran memacu kencang kendaraanya seperti kesetanan tanpa peduli
hari apa ini tanpa basa basi menabrak bocah malang tersebut sampai terpental
mengenaskan kepala bocah itupun pecah bercucuran darah.
Tapi sungguh biadab pengemudi itupun tanpa rasa bersalah
kabur meninggalkan kondisi itu tanpa ba bi bu..
Semua orang panik dan sebagian mengejar pelaku dan lebih
banyak lagi yang menghujat kelakuanya, sumpah serapah orang yang menyaksikan
itu bagai hujan lebat yang di terpa angin kencang. mayat bocah itupun di tutupi
Koran pagi yang mungkin belum di baca semua isisnya oleh si pembeli.
Mulut ini pun tak kuasa dan bergumam reflex “inalilah..
andai waktu dapat kembali aku pasti akan memperingatkan bocah itu dan
menyelamatkanya”
Tiba-tiba pundaku di tepuk dari belakang oleh seorang pemuda
tampan, umurnya mungkin 26an an pakainya rapi type metroseksual “apa benar kamu
mau melakukanya?” Tanya pemuda misterius itu.
Kontan aku terkejut bagai mana dia bias mendengar gumamku
yang begitu pelan itu dengan jelas ? sontak akupun lebih terkejut lagi karena
keadaan pun tiba-tiba kembali seperti semula précis ketika bocah itu belum di
tabrak mobil maut itu.
“kenapa apa ini?!”
Aku kembali duduk di samping si abang bubur seolah tak
pernah terjadi apapun tadi, tak ada kepanikan dan tak ada huru hara. “apa ini?!
Apa yang terjadi!?”
Melihat pemandangan yang percis sama seperti yang aku lihat
tadi , ku dengar tadi. Apa ini? Apa yang terjadi ?! sesaat kemudian aku lihat
bocah yang harusnya sudah meninggal sedang berada di sebrang jalan précis seperti
yang kulihat sebelumnya. Apa ini yang namanya DE JA PU?
Dengan bergegas akupun berteriak “OOiii JANGAN NYEBRANG DULU.. BOCAHH!!” teriakanku
kencang sampai orang-orang di sekitar ku melongo heran tapi aku tak peduli.
Seperti yang terjadi sebelumnya mobil hitam dengan ganas
menancap gas tanpa ragu memacu kendaraanya, parahnya si bocah cilik itupun
tidak memperdulikan seruanku, dengan langkah jontai tanpa melihat kiri dan
kanan bocah itu menyebrang jalan etah apa yang dipikirkannya, apakah isi perut
atau rasa putus asa dengan hidup? Entahlah.
Akhirnya BRRUUK..! kejadian itupun terlulang lagi.
Kejadian yang sama seperti sebelumnya terulang lagi,
pemandangan getir yang sama.
Dengan nada sesal setengah berteriak aku berujar “KENAPA
BISA BEGINI?! Kalau waktu bisa kembali aku akan berlari untuk menolongnya.
PASTI!”
Entah dari mana pria tampan itupun dalang lagi dan sekarang
berada tepat di sebelahku secara tiba-tiba membuatku kaget kemudian berujar
“banar kah?”
Lalu semuanya kembali seperti semula percis seperti tadi
sebelum tragedi itu terjadi.
Aku duduk di bangku panjang milik si amang bubur, aku
benar-benar tak percaya dengan apa yang aku alami, aku menoleh ke kiri dan ke
kanan berusaha percaya kemudian mncari pemuda tampan tadi tapi hasilnya nihil.
Tanpa buang waktu akupun bergegas dan mengesampingkan seribu
pertanyaan dalam benaku, ku hardik dan kutinggalkan kursi panjangku untuk
menolong bocah malang itu, akupun mendapati bocah malang itu sudah berada di
ujung trotoar bersiap untuk menyebrang tanpa pikir lagi, aku stop sebagian
kendaraan yang dedang berjalan menghalangi langkahku kupaksakan merangsek agar
sampai di sebrang dengan nyawa dan tubuhku.
Benar saja tak lama berselang mobil hitam durjana itupun
sudah terlihat dikejauhan dan semakin mendekat dengan cepat, raungan knalpotnya
bak genderang perang petanda aka nada darah.
Aku berteriak teriak “AWAS.. AWASS!!! ”
Akhirnya akupun mendapat perhatian bocah itu, dia tertegun
dan heran luar biasa sejenak terpaku melihatku, kini tinggal tiga langkah lagi
untuk sampai di sebrang begtu juga jarak mobil maut itupun sudah sangat begitu
dekat denganku siap melindasku tapi aku segera melompat berusaha keras
menghindari maut didetik-detik terakhir.
Dan akhirnya aku berhasil dan selamat, mobil itupun akhirnya
berlalu dengan cepat disertai hujatan karena kelakuanya yang ugal-ugalan, tak
lama berselang mobil polisi berderet mengejar dari belakang mobil sedan hitam
itu dengan aungan sirineyang begitu kencang “sebenarnya kenapa mobil sedan itu
di kejar polisi?!” sudahlah ak sudah tidak peduli lagi dengan mobil itu karena
yang penting…
Apa yang telah ku lakukan? Tidak mungkin seketika tubuhku gemetar
hebat mataku brkaca melihat si anak tersebut dalam keadaan berbaring berlumur
darah.
Baru aku sadari ketika aku melompat tadi tak sengaja aku
sempat mendorong bocah itu sehingga terjatuh dan kepalanya menghantam batu
tajam yang sedikit besar di dekatnya. Bocah itu kini berlumur darah terkulai
tak berdaya akibat benturan yang bgitu keras. Bocah itu tewas di depan mataku
untuk ketiga kalinya.
Langit mulai gelap dan semua menjadi gelap hampa dan kosong,
dengan tubuh lemas sayup-sayup ku dengar yang tidak asing lagi, ya aku kenal
suara itu adal suara pemuda tampan tadi yang bercampur dengan suaraku sendiri.
“tidak ada yang dapat merubah takdir semua telah tertulis di
dalam kalamnya yang tintanya telah kering, maka berdoalah agar takdirmu
berujung baik karena itulah alat hapus dari apa yang telah tertulis di sisinya.”
………
Aku bangun dari tidurku dengan nafas tersengal-sengal sesak,
keringat bercucuran di seluruh badanku setelah sedikit tenang ku tengok jam didinding itu ternyata baru jam
stengah tiga malam,
“syukurlah ternyata barusan hanya mimpi.”
tapi mimpi yang begitu menegangkan. Sangat!
bersambung...
bersambung...
No comments:
Post a Comment